Dalam proses pembelajaran, siswa diajak "mengidentifikasi" dampak buruk sampah organik melalui observasi langsung dan diskusi kelas. Mereka juga mempelajari metode pengolahan limbah menggunakan maggot BSF untuk menghasilkan pupuk organik dan pakan ternak. Pendekatan STEM-ESD ini mengintegrasikan teori dan praktik, sehingga memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan.
Gambar 1. Siswa melakukan observasi di lingkungan sekitar madrasah dan di rumah
Gambar 2. Kegiatan diskusi di kelas
Selanjutnya, siswa "me-review" hasil observasi dari pengamatan sebelumnya, di mana siswa mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan oleh sampah organik terhadap lingkungan di sekitar mereka, seperti pencemaran udara dan tanah. Pada tahapan "desain", siswa menggambar alur proses pengolahan limbah organik, mulai dari pengumpulan limbah, pengolahan menggunakan Black Soldier Fly hingga tahap akhir pengolahan limbah. Hasil desain tersebut, dilanjutkan dengan tahapan "buat" yaitu praktik pengolahan sampah langsung dilakukan di lingkungan rumah masing-masing, di mana siswa mengamati siklus hidup maggot BSF dan mengaplikasikan alur pengolahan sampah yang telah dirancang. Hasil praktik tersebut dipresentasikan di kelas untuk "dievaluasi dan disempurnakan", kegiatan ini berlangsung dengan penuh antusiasme.
Gambar 3. Siswa melakukan praktik pengolahan sampah di rumah masing-masing
“Melalui pembelajaran berbasis STEM-ESD ini, siswa tidak hanya belajar menyelesaikan masalah lingkungan, tetapi juga berkontribusi langsung dalam menjaga keberlanjutan lingkungan,” ungkap salah satu guru pendamping.
Dengan kegiatan ini, MTs NU TBS Kudus berharap dapat mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga memiliki kepedulian tinggi terhadap keberlanjutan lingkungan serta mampu menjadi agen perubahan di masyarakat.
Penulis: Muhammad Rifa'i, S.Si dari MTs NU TBS dan Anggun Zuhaida
Editor: Pohaci Puspa Nuwangi