Mempersiapkan Generasi Muda yang Visioner dan Siap Menghadapi Perubahan Iklim dengan Future Workshop

31-05-2022
esd
Membelajarkan konsep perubahan iklim bukanlah sesuatu yang mudah, karena di dalamnya termuat berbagai materi yang luas dan berkesinambungan di antara satu dengan yang lain, bahkan berkaitan dengan seluruh bidang kehidupan. Oleh karena itu, perubahan iklim tidaklah tepat jika ditetapkan sebagai tanggung jawab atau berpusat pada satu mata pelajaran saja. Diperlukan proses belajar-mengajar yang menerapkan ilmu interdisipliner agar perubahan iklim tidak hanya dipandang sebagai sebuah permasalahan yang berpusat pada sains atau lingkungan, tetapi merupakan isu besar yang general, konstruktif, nyata, dan global.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Austria menguji coba metode pembelajaran yang tergolong baru untuk diterapkan dalam bidang eksakta, dalam rangka meningkatkan pengetahuan mengenai aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Metode tersebut disebut sebagai Future Workshop, yakni sebuah rangkaian kegiatan yang berfokus dan berpusat pada permasalahan-permasalahan masa depan, yang pada bahasan ini, adalah perubahan iklim. Hasil yang ditemukan kemudian memperlihatkan potensi yang baik.

Future Workshop sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran bagi siswa sekolah menengah, karena dapat diikuti oleh mereka yang awam dan belum memiliki banyak pengalaman. Aktivitas utama yang berpusat pada diskusi dapat membuat orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang bertukar isi kepala. Ideologi demokrasi yang menjadi basisnya menempatkan semua partisipan yang berkelompok dalam satu garis sejajar yang setara, sehingga tidak ada batas untuk mengeksplor ide-ide antisipatif dan solutif untuk memecahkan permasalahan perubahan iklim. Selain itu, langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaannya juga memiliki tujuan untuk membentuk masa depan yang diinginkan. Generasi muda cenderung mudah menerima perubahan iklim jika konsep yang diberikan dielu-elukan sebagai sesuatu yang pasti akan mempengaruhi masa depan mereka.

Metode Future Workshop meliputi berbagai kegiatan yang mendukung terjadinya aktivitas belajar yang mempuni, salah satunya dengan melibatkan campur tangan ahli yang berpengalaman serta pemangku kebijakan sekitar, serta mampu untuk menyampaikan pengalaman serta pengetahuan terkait perubahan iklim kepada siswa. Selain itu, kegiatan inti meliputi lima tahapan yang berfokus pada diskusi kelompok kecil, yang memerlukan alat dan bahan spesifik seperti karton; spidol, bolpen, atau pensil warna-warni; sticky notes; dan kumpulan artikel berita serta data tentang perubahan iklim yang sudah disiapkan guru. Waktu pelaksanaan tidak dibatasi, dapat singkat maupun berkepanjangan. Setiap aktivitas di dalamnya diharapkan diadakan secara tatap muka dan langsung agar interaksi serta komunikasi antarkomponen yang terlibat dapat berjalan maksimal. Namun meski begitu, kegiatan yang dilakukan dari jarak jauh secara online pun dapat diterapkan dengan memperhatikan dan menyiapkan hal-hal tertentu, seperti video conference, room atau grup media sosial untuk berdiskusi, virtual whiteboard, arsip artikel berita dan data, serta LKPD yang disediakan dalam bentuk elektronik.

Pada hari pertama sebelum tahap-tahap inti Future Workshop dilaksanakan, terdapat sesi menonton film pendek fiksi yang berhubungan dengan perubahan iklim, pematerian oleh guru, dan diskusi bersama ahli. Sesi pematerian bertujuan untuk mengenalkan perubahan iklim secara saintifik, yang di dalamnya termuat informasi mengenai konsep atmosfer, gas rumah kaca, pemanasan global yang disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, perubahan iklim sebagai efek besarnya, dan dampak-dampak dari perubahan iklim. Setelah itu, barulah masuk ke dalam sesi diskusi bersama ahli. Di sini, ahli akan memaparkan pengetahuan serta pengalaman yang berkaitan dengan fenomena-fenomena perubahan iklim. Kemudian dilanjutkan dengan tanya-jawab interaktif dengan siswa.

Tahap inti Future Workshop secara umum dibagi menjadi tiga tahap utama, yakni tahap kritik, tahap fantasi, dan tahap implementasi. Namun beberapa penelitian menerapkan beberapa tahap variasi seperti tahap persiapan di awal dan tahap lanjutan di akhir. Tahap persiapan berfungsi untuk mengenalkan siswa pada aturan Future Workshop, judul serta tujuan yang hendak dicapai selama mengikuti kegiatan, dan jika dilakukan secara tatap muka, meliputi persiapan sekaligus pembagian alat & bahan kepada masing-masing kelompok diskusi.

Tahap kritik adalah tahap identifikasi permasalahan. Siswa diinstruksikan untuk menelusuri isu perubahan iklim dari kumpulan berita dan data yang telah disediakan, menentukan permasalahan yang terjadi, subjek terdampak, dan permasalahan turunan jika perubahan iklim terus berlanjut. Kemampuan siswa untuk membayangkan berbagai kemungkinan dibutuhkan. Setiap siswa mengusulkan pemikirannya, lalu dipilah beberapa yang terasa paling tepat dan disetujui kelompok untuk dibuat future wheels, yakni media visual yang menggambarkan keterkaitan antarperistiwa yang diprediksi terjadi. 


Future Wheels yang Dihasilkan pada Tahap Kritik
(Dok. Nuwangi, 2022)

Tahap fantasi merupakan tahap utopia di mana berbagai ide tercipta. Kemampuan kreatif dan inovatif siswa untuk merumuskan berbagai tindakan pemecahan masalah diperlukan. Namun siswa dibebaskan untuk berimajinasi tanpa batasan agar dapat memaksimalkan daya ciptanya. Mulanya, siswa melakukan kegiatan yang dapat membuat seluruh kemampuan afektif, kognitif, maupun psikomotoriknya tereksplor, dengan muatan tema perubahan iklim. Contohnya bermain peran sebagai pemimpin dan pemegang kekuasaan yang harus mengambil keputusan dalam menghadapi perubahan iklim, melakukan pameran lukisan masa depan hasil pembayangan siswa terhadap perubahan iklim, mengikuti virtual trip menggunakan video prediksi perubahan iklim, menyimak atau mementaskan dongeng mengenai perubahan iklim, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar siswa mendapatkan gambaran mengenai masa depan dalam pengaruh perubahan iklim. Berbagai gagasan mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim maupun solusi jika perubahan iklim itu telanjur terjadi kemudian dituliskan, didesain, atau diperagakan. Bahkan lebih baik jika siswa mampu membuat prototipe yang dapat digambar manual maupun digital mengenai solusi-solusi yang telah ditawarkannya. Dengan begitu, kemungkinan-kemungkinan perubahan iklim yang telah diidentifikasi pada tahap kritik akan menemukan alternatif jalan keluar.

Tahap implementasi merupakan tahap perencanaan proyek. Siswa dituntut untuk mengambil keputusan dengan lebih ketat agar dapat memilih serangkaian ide yang dirasa realistis tetapi tetap mengandung unsur kreatif serta inovatif, yang mungkin saja diwujudkan ke dalam proyek nyata. Namun di tahap ini siswa hanya sampai pada kegiatan merencakan saja, tidak harus melaksanakannya. Perencaan di tahap implementasi meliputi: judul kegiatan, tujuan kegiatan, deskripsi kegiatan, sasaran kegiatan, waktu dan tempat kegiatan, serta langkah-langkah kegiatan. Seluruhnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari ide-ide yang telah dihasilkan.

Tahap lanjutan adalah tahap publikasi ide, yakni tahap di mana siswa mempresentasikan hasil diskusinya. Pemberian tanggapan dan tanya-jawab dilakukan setiap kali satu kelompok menjelaskan rancangan proyeknya. Oleh karena itu, pada tahap ini, akan terjadi pertukaran pikiran antarkelompok, pendidik, ahli, dan pihak lain yang terlibat seperti pemangku kebijakan, dan juga elaborasi dari setiap gagasan. Selebihnya, akan semakin baik jika siswa melakukan kolaborasi bersama ahli dan pemangku kebijakan, untuk memperbesar peluang terealisasinya rencana menghadapi perubahan iklim di masa yang akan datang, serta untuk melatih kemampuan politik siswa dalam rangka menyiapkan generasi penerus yang siap berurusan dengan berbagai kebijakan dan risiko perubahan iklim.

Seluruh kegiatan yang telah dilakukan pada Future Workshop dapat membangun beberapa aspek positif dalam diri siswa untuk menyikapi isu perubahan iklim. Salah satunya, dengan mengikuti Future Workshop, kemampuan mengantisipasi dampak-dampak konstruktif perubahan iklim dan intensi atau kecenderungan untuk melakukan berbagai aktivitas yang baik bagi lingkungan dapat meningkat. Dapat disimpulkan bahwa metode Future Workshop patut dipertimbangkan dalam menerapkan pembelajaran interdisipliner yang tidak hanya berfokus pada teori, tetapi dapat memicu aksi yang nyata dalam menghadapi perubahan iklim.

Ditulis oleh Pohaci Puspa Nuwangi